Ini Tanggapan Berbagai Tokoh Bagansiapiapi

Peringatan 100 Tahun Wafatnya Kapitan Oi Hitam Dinilai Rekayasa Sejarah 

ROHIL (Surya24.com) - Hingar - bingar peringatan 100 Tahun wafatnya Letnan Oi Hi Tiam atau dikenal dengan sebutan Kapitan Hitam oleh pihak keluarga anak cucunya, Senin (21/3/2022) kemaren secara meriah dan semarak.

Ditandai dengan hadirnya petinggi Rokan Hilir datang meraikan helat mengingat 100 Tahun wafatnya penguasa Tionghua di era kolonial Belanda ini ke rumah tua milik penguasa era koloni Belanda tersebut.

Ternyata dibalik acara dikemas meriah ini menimbulkan berbagai tanggapan dan komentar  dari berbagai pihak, apalagi ada kaitan dengan memanipulasi fakta sejarah yang sebenarnya.

Bahkan bagi masyarakat Bagansiapiapi Rohil jika mendengar nama Oi Hi Tam atau Kapitan dikaitkan dengan sejarah peristiwa Bagansiapiapi Tahun 1946.

Sehingga era reformasi ini seakan-akan peringatan 100 Tahun Letnan Oi Hi Tam kembali membangkitkan sejarah kelam masa lalu dan  melukai perasaan masyarakat Bagansiapiapi.

Banyak komentar di ungkapkan berbagai tokoh masyarakat Bagansiapiapi sejak di gelarnya peringatan tersebut, misalnya apa yang diungkapkan Datuk Syatianto SH Ketua PPM Rohil yang juga Panglima RMB-LHMR Rohil Selasa (22/3/2022).

" Saya menilai ada yang sengaja memutar  balikan fakta, data, sejarah dan bahkan juga  menoreh luka lama, perlu uji fakta dan sejarah, dan ingat ada sejarah kelam terjadi di Bagansiapiapi 1946 lalu, "tegas Putra Almarhum Sersan (Purn) TNI ini.

" Anak Bagansiapiapi ini banyak S3 bahkan Profesor, kita bawa membedah sejarah lalu secara ilmiah tanpa rekayasa. Ini terlihat ada panggung yang dimainkan ketika saat ini era keterbukaan, "ucap Datuk Syarianto SH yang jasad orang tuanya bersemayam di Taman Makam Pahlawan Bagansiapiapi.

Hal yang sama juga di ungkapkan Zaki Masri tokoh Akademis. muda menyebutkan rasa kecewanya atas terjadinya rekayasa sejarah tersebut. " Mereka boleh mengklaim soal BRI, RSUD Protomo dan sebagainya. Tapi kita boleh bicara pangkat Letnan itu dari mana, siapa mengasi, ada kaitanya dengan Koloni Belanda dan VOC," ucap Zaki.

Zaki menambahkan jika mendengar cerita orang-orang tua menceritakan penderitaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau. " Ini tamparan bagi kita semua, kaji siapa sosok itu, Sultan Siak yang pernah mengangkat hanya Datuk di tiga negeri Kubu, Bangko, Tanah Putih, " kata Zaki.

Tokoh muda lainya Abu Nawas, tegas memprotes kegiatan peringatan 100 Tahun Oi Hi Tam tersebut. " Jika keluarga saja yang memperingati itu wajar saja, tapi kalau dikaitkan dengan kepemimpinan Kapitan itu sangat tidak etis, mengapa kita alfa, Kapitan ini siapa, apa kiprahnya untuk NKRI atau Republik ini, "tanya Abu Nawas.

" Perlu segera kajian ilmiah dengan mendudukan tokoh-tokoh sejarah, dosen dan pemuka masyarakat di dudukan membahas dengan fakta sejarah sebenarnya, "ajak Abu Nawas.

Reaksi serupa juga diungkapkan Wan Elvis dan Penggawa Adat Melayu Gagak Hitam Datuk Rangga terpisah juga berharap agar tidak blur dan berimbas kemana-mana perlu ada pembahasan serius dengan sempena 100 Tahun Kapitan tersebut.

" Apa peranya ke Repoyblik ini, apa kita lupa era itu kolonial Belanda, sangat mungkin kaki tangan Belanda dan pangkat itu pemberian kolonial atau mungkin dari konsul Tiongkok di Medan, "ucap Wan Elvis.

" Kami dari  beberapa elemen masyarakat dalam waktu dekat akan melayangkan surat atau nota protes secara resmi, "tegas Datuk Rangga. Apatah lagi bagi masyarakat Bagansiapiapi sosok panitia dari keluarga Kapitan ini adalah Suswaja Muljadi kelahiran Tanjung Balai Asahan Sumut 10 September 1968 ini tengah bermasalah ratusan hektar tanah di Teluk Bano I Kecamatan Pekaitan yang sudah ingkrah hukum di Mahkamah Agung RI.(Yan)